BSIP Aktif Dampingi Petani Terapkan Pertanian Ramah Lingkungan Terstandar
#RawaBisa
(Tamban Catur, 02/10) Di tengah kekhawatiran akan dampak negatif pupuk kimia terhadap penurunan kualitas lingkungan dan produktivitas padi, Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) mengajak petani untuk mengadopsi budidaya pertanian lahan rawa ramah lingkungan yang terstandar. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan telah mengakibatkan penumpukan zat kimia di dalam tanah, juga membuat tanaman menjadi rentan terhadap serangan hama penyakit. Untuk itu, BSIP mendorong petani untuk menggunakan pupuk organik yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis.
Berkolaborasi dengan BSIP Lahan Rawa dan BSIP Kalimantan Tengah, BSIP Lingkungan Pertanian menggelar Bimtek (Bimbingan Teknis) dengan tema “Budidaya Pertanian Lahan Rawa Ramah Lingkungan yang Terstandar” di Desa Tamban Catur, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Acara ini dihadiri oleh petani dan penyuluh pertanian setempat serta Dinas Pertanian Kabupaten Kapuas.
Kepala BSIP Lingkungan Pertanian Dr. Wahida Annisa Yusuf mengungkapkan bahwa penggunaan pupuk kimia yang berlebihan telah menyebabkan kegagalan panen di Desa Tamban Catur dalam dua tahun terakhir. Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kapuas, yang diwakili oleh Edi Dese, SP. mengapresiasi kegiatan Bimtek ini dan berharap dapat meningkatkan pengetahuan petani serta produktivitas pertanian. Pada kesempatan yang sama, Kepala BSIP Lahan Rawa, Agus Hasbianto, Ph.D., memberikan dukungannya dan berharap agar peserta Bimtek dapat menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh.
Hadir sebagai narasumber dari BSIP Lahan Rawa Ani Susilawati, S.P., M.Sc., yang menjelaskan pentingnya teknologi dalam meningkatkan produksi padi di lahan rawa, salah satunya adalah teknologi budidaya padi sawah pasang surut intensif, super dan aktual yang dikenal dengan RAISA. Menurut Ani, Komponen teknologi RAISA terdiri dari persiapan lahan, pengelolaan Tata Air Mikro (TAM), pengaturan cara tanam dan populasi tanaman, Varietas Unggul Baru (VUB) dengan potensi hasil tinggi, aplikasi pupuk hayati, ameliorasi dan remediasi, pemupukan berimbang berdasarkan Perangkat Uji Tanah Rawa (PUTR), pengendalian terpadu Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), serta penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) khususnya untuk tanam dan panen. Melalui teknologi RAISA ini diharapkan dapat meningkatkan hasil panen dan indeks pertanaman dari IP1 menjadi IP2 atau bahkan IP3 dalam satu tahun.
Mengemuka dalam diskusi kendala penggunaan alsintan, dimana kondisi lahan yang berair menyebabkan penggunaan mesin tanam dan panen di Tamban Catur dirasa kurang efektif, sehingga proses tanam lebih banyak dilakukan secara manual. Sedangkan panen dilakukan petani dengan melakukan kombinasi antara manual dan mesin.
Selain mendapat pembekalan materi pengelolaan lahan rawa, peserta juga berkesempatan untuk belajar membuat biopestisida dari bahan alami seperti daun mimba, daun galam, dan kunyit. Biopestisida merupakan agen biologi atau produk-produk alam yang digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman. Biopestisida tidak memiliki zat racun yang berbahaya bagi manusia maupun lingkungan. Biopestisida juga memiliki keunggulan dari segi ekonomi dan keberlanjutan lingkungan dibandingkan dengan pestisida kimia.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat membantu petani memahami cara yang tepat dalam mengelola lahan rawa. Melalui penggunaan pupuk organik dan penerapan teknik budidaya yang sesuai standar, pertanian di Desa Tamban Catur diharapkan dapat lebih produktif dan petani dapat menjaga berkelanjutan lahannya. Bertani adalah kegiatan kemitraan dengan alam. Bertani menghormati dasar-dasar alam dalam tindakan dan memastikan bahwa alam terus berlanjut. (RY/MAS)
#SayaBSIP
#Agrostandar
#PertanianMajuMandiriModern