
BRMP Rawa Aktif Sampaikan Kuliah Praktisi di Jurusan Agroekoteknologi, ULM
Banjarbaru, 3 Juni 2025 — Dalam upaya memperkuat ketahanan pangan nasional melalui pengelolaan sumber daya lahan secara optimal, penderasan informasi teknologi serta pendayagunaan hasil perakitan dan modernisasi pertanian, Balai Perakitan dan Pengujian Pertanian Lahan Rawa (BRMP Rawa) menyelenggarakan kuliah praktisi bertajuk “Peningkatan Performa Lahan Rawa untuk Capai Swasembada Pangan”. Kegiatan ini berlangsung di Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Banjarbaru, pada Selasa, 3 Juni 2025.
Kuliah praktisi ini bertujuan untuk memberikan wawasan aplikatif kepada mahasiswa terkait strategi dan teknologi terkini dalam pemanfaatan lahan rawa untuk pertanian produktif. Sebagai salah satu ekosistem marginal yang menyimpan potensi besar, lahan rawa kini dipandang strategis dalam upaya mendukung swasembada pangan, terutama dalam menghadapi tantangan lahan pertanian konvensional yang semakin terbatas. Dalam paparannya, tim BRMP Rawa, yang diwakilkan oleh A. Adi Surya Sustama, S.P., M.Si. (Analis Standardisasi - Ahli Pertama) menekankan pentingnya pendekatan terpadu dalam peningkatan performa lahan rawa, mulai dari manajemen air, penggunaan varietas adaptif, hingga pemupukan berimbang dan berkelanjutan.
Sesi diskusi yang berlangsung usai kuliah menjadi ruang reflektif bagi mahasiswa untuk menyampaikan ide-ide solutif mereka. Salah satu isu sentral yang mengemuka adalah tantangan pemupukan di tengah ketimpangan global antara supply dan demand pupuk. Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO) dan International Fertilizer Association (IFA), permintaan pupuk global terus meningkat sejak 2023, seiring kebutuhan pangan dunia yang melonjak. Namun, pasokan pupuk justru mengalami tekanan akibat konflik geopolitik, kenaikan harga energi, serta pembatasan ekspor oleh beberapa negara produsen utama seperti China dan Rusia. Diperkirakan pada tahun 2025, terjadi defisit global sekitar 15–20% antara permintaan dan ketersediaan pupuk, yang berdampak langsung terhadap negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Merespons tantangan tersebut, para mahasiswa Agroekoteknologi ULM mengajukan sejumlah solusi kreatif, antara lain: (1) Pengembangan pupuk alternatif berbasis organik dan lokal untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia impor, (2) Optimalisasi pemupukan presisi berbasis teknologi digital untuk efisiensi penggunaan input pertanian, (3) Edukasi berkelanjutan kepada petani mengenai rotasi tanaman dan penggunaan biofertilizer sebagai bagian dari pertanian berkelanjutan. Melalui kegiatan ini, diharapkan semangat inovasi dan kolaborasi lintas sektor terus tumbuh untuk menjawab tantangan nyata dalam pembangunan pertanian berkelanjutan, khususnya di wilayah lahan rawa yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. (AAS)